"Musik
mengantar jiwa menghayati semesta, memberikan sayap pada pikiran, menerbangkan
imajinasi, memberikan pesona dan keriangan pada kehidupan."
- Plato
-
Lagu-lagu daerah Maluku Utara, seperti Borero, Balibunga, Naro Oti, Riorio, Una Kapita, Momina Jiko, dan segenerasi, adalah lagu-lagu, yang hemat saya, mewakili
pemaknaan akan lagu dearah Maluku Utara, untuk dapat membedakannya dengan lagu
pop standar berlirik bahasa daerah, apalagi berlirik bahasa Melayu khas daerah
(kita, ngana, torang, dorang, ngoni).
Lagu daerah kita pada era 1990 dan
sebelumnya, sebagian besarnya sangat baik dari sisi kebahasaan dalam liriknya. Juga tema lokalitasnya dan muatan pesannya yang kuat.
Notasinya relatif bernuansa syair-syair klasik
anonim (no name - NN). Aransemennya secara relatif mentransformasikan pola
irama alat musik tradisional terutama tifa, dan beberapa lainnya.
Lagu-lagu daerah Maluku Utara era 2000an
hingga sekarang, seiring kemajuan teknologi perekaman, ketersediaan fasilitas
dan peralatan dengan akses yang mudah dan murah, memang lebih banyak
diproduksi, baik secara profesional maupun secara idependen. Produksinya pun menyebar
di hampir semua kabupaten-kota, tetapi eksplorasi tema kelokalannya relatif berkurang
atau terbatas dibandingkan dengan jumlahnya yang membludak. Pun relatif kurang memperhatikan
aspek kebahasaan dalam liriknya.
Terdapat beberapa lagu yang bagus. Notasinya
sedap didengar. Aransemennya relatif profesional. Sayangnya kebahasaannya seringkali
kurang diperhatikan.
Menulis seperti ini bukannya saya tidak respek
dan tidak aprsiatif terhadap kreativitas menciptaan lagu dan bermusik dari para
penggubah, musisi dan kreator musik Maluku Utara yang memilih genre, tema dan
arasemen berbeda dari yang saya tulis.
Saya mendukung segala kreativitas bidang
musik dan kesenian umumnya. Teruslah berkreasi dan berkarya sesuai genre, minat
dan selera masing-masing untuk pengayaan permusikan Maluku Utara. Berkaryalah sebanyak-banyaknya,
segagah-gagahnya dan segaya-gayanya, tetapi sempurnakanlah kreativitas itu
dengan kontribusi mengangkat kelokalan, mentrasformsikan nilai-nilai budaya dan
tradisi, pelestarian bahasa daerah. Itu tentu lebih baik.
Mengapa?
Musik dan lagu memiliki daya yang dapat memberi dampak pada manusia jauh lebih
besar dari bebunyian lain.
Daya pengaruhnya setingkat candu, kata Valorie
Salimpoor, seorang neurosains di McGill University, Montreal Kanada. Penelitiannya
mengungkapkan, kesenangan intens yang didapatkan dari musik secara biologis
memacu Dopamine, zat kimia di otak yang
terkait erat dengan motivasi dan kecanduan. Sebagai perbandingan, Dopamine pada hewan mendorong hewan
gegas mencari makanan sebelum waktu lapar, musik dapat merangsang otak
melepaskan Dopamine untuk merespon
rangsangan estetik.
Di sinilah pentingnya para musisi daerah diharapkan
sudi menyempatkan diri untuk karya-karyanya yang dapat mendorong keingintahuan
bahkan candu dalam mempelajari, mencintai, menghayati nilai-nila budaya dan tradisi
daerah sebagai identitas. Setidaknya mempelajari, mencintai, menghayati bahasa
dan khasanah musik tradisional daerah.
Dengan kekuatan dan daya musik sedemikian itu,
proses enkulturasi, meminjam tesis Adamson Hoebel, di satu sisi akan memengaruhi pendengar dan
penikmat di Maluku Utara secara sadar atau pun tidak sadar, perlahan,
berangsur-angsur menginternalisasi nilai-nilai budaya
daerah pada penguatan identitasnya, dan
di lain sisi akan mendorong peningkatan pengetahuan, penghayatan para musisi
terhadap hal yang sama.
Artinya, jika pendengar dan penikmat musik mendapatkan
satu kali proses enkulturasi, maka para musisi mendapatkannya dua kali atau
lebih.
Rerata kita
punya pengalaman mendengarkan banyak
lagu yang disukai, berkali-kali.
Sebagian dari kita begitu saja baper oleh liriknya yang puitis atau alunan
tonasi dan melodisnya yang lirih, mendayu, membuat sebagian dari kita larut
dalam melankoli: "air mata pinggir-pinggir", atau sebaliknya liriknya
yang gelora tonasi dan melodisnya yang menghentak-hentak bisa membuat sebagian kita
tersugesti bersukacita, bersemangat bahkan meradang.
Kenapa begitu? Kenapa musik dan lagu punya
kekuatan itu? Saya menduga, karena musik merupakan karya kebudayaan yang
memadukan sekaligus sejumlah kapasitas dan elemen.
Dari sisi definisi dan teknis, ia perpaduan antara kemampuan bermusik (alat musik,
nada/suara, irama); nyanyian (syair, lirik), hingga teknologi dan manajemen
pemasaran/publikasi.
Dari sisi proses, ia lahir dari kemampuan
memadukan pengetahuan, imajinasi, ketrampilan, kreativitas dan talenta,
penjiwaan dan estetika. Dari segi konten dan muatan substantif, ia refleksi
dari imajinasi, susana jiwa, nilai etika, dan estetika. Liriknya sastrawi
dengan diksi terpilih sehingga sedap didengar, bergaya bahasa, dan pada sebagiannya
mengandung rima yang baik.
Kaitan itu, tak berlebihan bila ada yang
berpandangan, musik mewakili sebagian keadaan dari kebudayaan satu komunitas
dalam suatu kurun waktu. [MSD]
Sofyan Daud, 21 Oktober 2019
#garasigenta
#LaguDaerahMU
#LirikLaguDaerahMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar