Minggu, 16 Februari 2020

Torang Pe Lagu Daerah



"Musik mengantar jiwa menghayati semesta, memberikan sayap pada pikiran, menerbangkan imajinasi, memberikan pesona dan keriangan pada kehidupan."

- Plato -

Lagu-lagu daerah Maluku Utara, seperti Borero, Balibunga, Naro Oti, Riorio, Una Kapita, Momina Jiko, dan segenerasi, adalah lagu-lagu, yang hemat saya, mewakili pemaknaan akan lagu dearah Maluku Utara, untuk dapat membedakannya dengan lagu pop standar berlirik bahasa daerah, apalagi berlirik bahasa Melayu khas daerah (kita, ngana, torang, dorang, ngoni).

Lagu daerah kita pada era 1990 dan sebelumnya, sebagian besarnya sangat baik dari sisi kebahasaan dalam liriknya. Juga tema lokalitasnya dan muatan pesannya yang kuat.

Notasinya relatif bernuansa syair-syair klasik anonim (no name - NN). Aransemennya secara relatif mentransformasikan pola irama alat musik tradisional terutama tifa, dan beberapa lainnya.

Lagu-lagu daerah Maluku Utara era 2000an hingga sekarang, seiring kemajuan teknologi perekaman, ketersediaan fasilitas dan peralatan dengan akses yang mudah dan murah, memang lebih banyak diproduksi, baik secara profesional maupun secara idependen. Produksinya pun menyebar di hampir semua kabupaten-kota, tetapi eksplorasi tema kelokalannya relatif berkurang atau terbatas dibandingkan dengan jumlahnya yang membludak. Pun relatif kurang memperhatikan aspek kebahasaan dalam liriknya.

Terdapat beberapa lagu yang bagus. Notasinya sedap didengar. Aransemennya relatif profesional. Sayangnya kebahasaannya seringkali kurang diperhatikan.

Menulis seperti ini bukannya saya tidak respek dan tidak aprsiatif terhadap kreativitas menciptaan lagu dan bermusik dari para penggubah, musisi dan kreator musik Maluku Utara yang memilih genre, tema dan arasemen berbeda dari yang saya tulis.

Saya mendukung segala kreativitas bidang musik dan kesenian umumnya. Teruslah berkreasi dan berkarya sesuai genre, minat dan selera masing-masing untuk pengayaan permusikan Maluku Utara. Berkaryalah sebanyak-banyaknya, segagah-gagahnya dan segaya-gayanya, tetapi sempurnakanlah kreativitas itu dengan kontribusi mengangkat kelokalan, mentrasformsikan nilai-nilai budaya dan tradisi, pelestarian bahasa daerah. Itu tentu lebih baik.

Mengapa? Musik dan lagu memiliki daya yang dapat memberi dampak pada manusia jauh lebih besar dari bebunyian lain.

Daya pengaruhnya setingkat candu, kata Valorie Salimpoor, seorang neurosains di McGill University, Montreal Kanada. Penelitiannya mengungkapkan, kesenangan intens yang didapatkan dari musik secara biologis memacu Dopamine, zat kimia di otak yang terkait erat dengan motivasi dan kecanduan. Sebagai perbandingan, Dopamine pada hewan mendorong hewan gegas mencari makanan sebelum waktu lapar, musik dapat merangsang otak melepaskan Dopamine untuk merespon rangsangan estetik.

Di sinilah pentingnya para musisi daerah diharapkan sudi menyempatkan diri untuk karya-karyanya yang dapat mendorong keingintahuan bahkan candu dalam mempelajari, mencintai, menghayati nilai-nila budaya dan tradisi daerah sebagai identitas. Setidaknya mempelajari, mencintai, menghayati bahasa dan khasanah musik tradisional daerah.

Dengan kekuatan dan daya musik sedemikian itu, proses enkulturasi, meminjam tesis Adamson Hoebel, di satu sisi akan memengaruhi pendengar dan penikmat di Maluku Utara secara sadar atau pun tidak sadar, perlahan, berangsur-angsur menginternalisasi nilai-nilai budaya daerah pada penguatan identitasnya, dan di lain sisi akan mendorong peningkatan pengetahuan, penghayatan para musisi terhadap hal yang sama.

Artinya, jika pendengar dan penikmat musik mendapatkan satu kali proses enkulturasi, maka para musisi mendapatkannya dua kali atau lebih.

Rerata kita punya pengalaman mendengarkan banyak lagu yang disukai, berkali-kali. Sebagian dari kita begitu saja baper oleh liriknya yang puitis atau alunan tonasi dan melodisnya yang lirih, mendayu, membuat sebagian dari kita larut dalam melankoli: "air mata pinggir-pinggir", atau sebaliknya liriknya yang gelora tonasi dan melodisnya yang menghentak-hentak bisa membuat sebagian kita tersugesti bersukacita, bersemangat bahkan meradang.

Kenapa begitu? Kenapa musik dan lagu punya kekuatan itu? Saya menduga, karena musik merupakan karya kebudayaan yang memadukan sekaligus sejumlah kapasitas dan elemen.

Dari sisi definisi dan teknis, ia perpaduan antara kemampuan bermusik (alat musik, nada/suara, irama); nyanyian (syair, lirik), hingga teknologi dan manajemen pemasaran/publikasi.

Dari sisi proses, ia lahir dari kemampuan memadukan pengetahuan, imajinasi, ketrampilan, kreativitas dan talenta, penjiwaan dan estetika. Dari segi konten dan muatan substantif, ia refleksi dari imajinasi, susana jiwa, nilai etika, dan estetika. Liriknya sastrawi dengan diksi terpilih sehingga sedap didengar, bergaya bahasa, dan pada sebagiannya mengandung rima yang baik.

Kaitan itu, tak berlebihan bila ada yang berpandangan, musik mewakili sebagian keadaan dari kebudayaan satu komunitas dalam suatu kurun waktu. [MSD]
 
Para penyanyi Maluku Utara era 1980an - 1990an
 Sofyan Daud, 21 Oktober 2019

#garasigenta

#LaguDaerahMU

#LirikLaguDaerahMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar