Tanjung tenggara Talaga Ijo Pulau Yoi, di Kec. Pulau Gebe, Kab. Halmahera Tengah. Foto Ahmad Damara/Garasi Genta |
Talaga ini berada di Pulau Yoi, Kecamatan
Pulau Gebe, Kabupaten Halmahera Tengah. Merupakan salah satu destinasi unggulan
kabupaten ini.
Akses terdekat ke lokasi ini dari Desa Sanafi
di Pulau Gebe menggunakan long boat dengan
waktu tempuh kurang lebih 45 menit.
Karena warna perairannya yang dominan hijau
toska dan hijau terang, talaga ini disebut Talaga Ijo atau Talaga Hijau (Green Lake)
Indah, eksotis dan eksklusif. Di talaga ini,
selain deru ombak, desau angin, gemerisik daunan cemara, senandung unggas laut.
Selebihnya lengang. Jadinya, pulau ini seakan ada hanya untuk yang mengunjunginya.
Desa Umiyal, satu-satunya desa di pulau ini, jaraknya
kurang lebih 4,7 kilometer dari semenanjung timur talaga dan 3,5 meter dari
semenanjung barat, sehingga talaga ini hanya dikunjungi sejumlah kecil nelayan,
warga desa setempat, pagi atau sore. Mereka ramah, dan akan membantu bila
pengunjung yang membutuhkan sesuatu.
TIGA FAKTA UNIK TALAGA YOI
Perairannya minim karang atau batuan.
Luasan
talaga dengan sisi terpanjang 5 kilometer dan sisi terlebarnya 2,7 kilometer, berpasir
putih halus dari mulai pesisir hingga ke kedalaman.
Perairannya
rata-rata dangkal dan jernih. Visibilitasnya sangat baik. Hanya terdapat dua
atau tiga kumpulan kecil karang batok dan batuan.
Pada
salah satu cekungan atau teluk di timur laut talaga, yang menjorok jauh hingga
di belakang Desa Umiyal, tampak sejenis karang yang mirip dengan kaktus yang
baru di tanam, rata-rata tingginya antara 10 sampai 25 centimeter, dalam jarak
tumbuh 1-2 meter.
Padang pasir putih yang luas.
Anda
tentu pernah ke kawah Gunung Bromo, ke Kawah Putih di Bandung atau ke tempat
lain manapun dengan padang pasir putihnya yang luas. Tapi bedanya dengan talaga
ini ialah, di sini padang pasir putih baru akan tampak saat air surut. Air
seakan mengering, tersisa padang pasir putih yang luas.
Pada
pukul 9-10 pagi air mulai surut, ditandai dengan menonjolnya beting-beting
pasir pada beberapa sisi di sekitar area depan talaga.
Perahu-perahu
nelayan mulai kandas bila tak hati-hati melintasi area ini. Nelayan-nelayan
harus turun dari perahu dan menariknya melalui alur ceruk dengan kedalaman hanya
setinggi lutut atau paha orang dewasa. Sebagian besar perairan di kawasan ini
setinggi matakaki dan betis orang dewasa.
Nelayan-nelayan
yang memancing, menjala, mencari kepiting, siput, boleh jalan kaki ke
sana-sini.
Pengunjung
talaga boleh berjalan mondar-mandir, dari tanjung ke tanjung, dari pulau ke
pulau yang berjejer di depan talaga.
Pukul
11-12 adalah waktu surut terendah. Sebagian besar perariaran di depan talaga
berubah menjadi padang pasir putih. Luasnya lebih kurang 2 kilometer2.
Jika
mau, di dekat pulau-pulau kecil itu ada beting karang memanjang di batas laut
dalam. Anda boleh kesana, berdiri di atas beting itu menyaksikan gulungan ombak
tinggi besar berkejar-kejaran kearahmu, lalu membantun keras ke beting karang
yang curam ke kadalaman laut Halmahera. Ombak-ombak itu pecah, memburai dan bergulungan
kembali ke laut.
Pemandangan
itu dapat kau saksikan secara dekat. Hanya 2,3, atau 4 meter di hadapanmu.
Talaga Yoi di Halmahera Tengah dan padang pasir putihnya yang luas. Foto: Sofyan Daud/Garasi Genta |
Talaga
ini berhadapan dengan selat Pulau Gebe, bagiam dari laut Halmahera yang
terkoneksi dengan laut Seram di Selatan dan
Samudera Pasifik di Utara. Kawasan peraoran dengan karakteristik gelombang dan angin
kencang, terutama pada musim angin selatan.
Takjubnya,
ada semacam pagar yang membatasi antara perairan berombak dengan talaga ini.
Setelah melewati pagar itu ke perairan di cekengan talaga, seketika perairan
berangsur tenang, hanya riak-riak kecil. Semakin ke dalam semakin tenang,
teduh.
Ketika
kami mengamati saksama, bentuk kepesisiran pulau ini, di area depan talaga, ternyata
ada semacam beting karang memanjang berbentuk parabolik yang membentang dari
selatan ke utara, sejajar dengan pulau-pulau kecil yang berjejeran di depan
talaga dan melingkupi seluruh area depan talaga. Di situ ombak-ombak besar
bergulung-gulung menerjang, membantun dan pecah. Sebagiannya bergulung-gulung
kembali ke laut, Sebagian kecilnya memburai, hilang daya.
“Ombak
ajaib”, teriak Nudy, salah seorang fotografer kami. Teriakannya mengagetkan
saya, Mashuri dan Rajif yang sedang mengukir Nama Pulau Yoi di atas pasir, di
selatan pulau.
Dia
memang baru saja dari sana, dari beting karang memanjang di batas biru itu.
Cukup lama menyaksikan ombak-ombak besar itu seolah dipagari sehingga tak masuk
ke dalam talaga.
Kami pun beranjak ke
sana, melintasi padang pasir putih yang lebar, seperti tak pernah ada laut, tak
pernah air sebelumnya. Kami mengamati
yang tadinya diamati Nudy, memang seolah ada pagar atau barikade yang menjaga
talaga itu tetap teduh, tak diusik ombak.
Pagar Ombak di Talaga Yoi: Ombak besar dan tinggi di belakang sana, tak tembus masuk ke dalam talaga. |
Ombak ajaib di Talaga Yoi. Terbantun, pecah di beting karang yang seolah pagar, lalu bergulung kembali, tak masuk ke dalam talaga. |
AKSESIBILITAS
Pulau Gebe adalah ceck point terdekat ke Pulau Yoi. Dua akses dapat digunakan melalui
penerbangan atau kombinasi akses laut dan darat. Jika melalui penerbangan,
tersedia layanan maskapai Susi Air untuk rute Ternate – Gebe – Sorong pulang
pergi.
Pengunjung luar Maluku Utara tinggal
memastikan koneksi penerbangan Ternate-Gebe atau Sorong-Gebe, jarak dan waktu
tempuhnya relatif sama, kurang lebih 45 menit.
Dari bandar udara Gebe, kurang lebih 10 menit
ke Desa Sanafi dan menyeberang 45 menit ke Talaga indah ini.
Akses kombinasi darat-laut, misalnya dari
Ternate atau Tidore tinggal ke Sofifi, terus ke Weda. Dari Weda bisa
menggunakan moda transportasi Feri, Kapal ke Pulau Gebe.
Feri Weda – Gebe berangkat pada setiap Jumat
pukul 02:00 dini hari. Esok paginya Sabtu, pukul 07:00 atau pukul 08:00 transit
di Desa Sif, kemudian bertolak menuju Gebe. Tiba di Gebe pada pukul 14:00.
Total waktu tempuh kurang lebih 12 jam. Harga tiketnya 135.000 rupiah per
penumpang. Feri ini pun melayani rute hingga ke Gak dan Sorong
Kapal Getsmani dari Weda-Gebe, berangkat pada
setiap Senin pukul 24:00, dengan pelabuhan transit Desa Banemo dan Desa Sif,
Patani Utara, kemudian ke Gebe. Tiba di Gebe sekitar pukul 09:00. Total waktu
tempuh kurang lebih 9 jam. Harga tiketnya 250.000 per penumpang.
Sebagai pulau-pulau terdepan di Indonesia,
Pulau Gebe dan Pulau Yoi berada di kawasan Laut Halmahera yang terhubung langsung
dengan Samudara Pasifik. Perairan di kawasan ini dipengaruhi oleh dua musim,
musim angin utara dan musim angin selatan.
Pada musim angin selatan, perairannya
bergelombang oleh angin yang bertiup kencang. Sementara akan relatif teduh pada
musim angin utara, yang dimulai akhir Agustus atau awal September, dan seterusnya
sampai November.
Anda sebaiknya menjadwalkan kunjungan di
bulan-bulan ini. Kecuali jika anda menyukai petualangan, dan boleh menempuh
rute yang memacu ardenalin, Anda boleh berkunjung ke lokasi ini kapan saja.
Dengan perahu kayu kecil bermotor tempel 15 PK atau 25 PK orang-orang dari Pulau Yoi, dan dari Desa Umera di utara Pulau Gebe pergi ke Pulau Gak, Pulau Wajag, dan pulau-pulau lain dalam gugusan Raja Ampat
SANGAT DEKAT DENGAN
RAJA AMPAT
Hanya dengan perahu kayu kecil bermotor
tempel 15 PK atau 25 PK orang-orang dari Pulau Yoi, dan dari Desa Umera di
utara Pulau Gebe pergi ke Pulau Gak, Pulau Wajag, dan pulau-pulau lain dalam
gugusan Raja Ampat hingga ke Sorong. Sebaliknya nelayan-nelayan dari
pulau-pulau tersebut mencari ikan hingga ke perairan di sekitar Pulau Gebe.
Jarak dari dan ke pulau-pulau itu rata-rata
dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam, bergantung cuaca dan kondisi
perairan. Dengan moda transportasi yang lebih baik dan lebih cepat, waktunya
tentu lebih ringkas lagi. Dekat bukan?
Dengan posisi sedekat dan sestrategis itu
Pulau Yoi dan Talaga Ijonya yang aduhai adalah masa depan pariwisata Halmahera
Tengah. Membangun interkoneksi wisata dengan Raja Ampat yang sudah lebih dulu
eksis, memudahkan destinasi ini berkembang ke level yang lebih tinggi.
Luas Pulau Yoi, Talaga Ijo-nya dan wisata yang direkomendasikan |
Sofyan
Daud,Garasi Genta, 7 Agustus 2019